Penyebab Diare Setelah Makan Daging Merah dan Cara Mengatasinya
Di banyak rumah tangga di Indonesia, daging merah seperti sapi atau kambing sering menjadi hidangan utama saat acara keluarga, hajatan, atau sekadar makan bersama. Namun, tidak semua orang bisa menikmati daging ini tanpa masalah. Beberapa orang mengalami perut melilit, kram, hingga diare setelah menyantap sajian daging merah.
Jika gejala ini terjadi secara rutin setelah makan daging merah, bisa jadi disebabkan oleh intoleransi atau alergi terhadap daging. Namun, diare tidak selalu berarti tubuh tidak cocok dengan daging. Terkadang, penyebabnya adalah keracunan makanan. Bakteri seperti Campylobacter dan Salmonella sering menjadi penyebab utama dari kondisi ini.
Selain itu, ada kemungkinan tubuh kesulitan mencerna lemak. Pada sebagian orang, kondisi ini bisa memicu gangguan pencernaan setelah makan daging merah. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai alasan daging merah bisa menyebabkan diare pada beberapa orang, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan agar tetap bisa makan daging dengan aman.
Intoleransi terhadap Daging Merah
Diare setelah makan daging merah juga bisa menjadi tanda adanya intoleransi. Meskipun terdengar mirip dengan alergi, sebenarnya berbeda. Jika alergi melibatkan reaksi sistem imun, intoleransi lebih berkaitan dengan masalah pencernaan. Artinya, tubuh kesulitan memecah atau mencerna komponen tertentu dari makanan tersebut.
Ketika zat dalam daging tidak tercerna dengan baik, sisa makanan itu bisa mengiritasi lapisan usus. Akibatnya, muncullah berbagai keluhan seperti perut kembung, banyak gas, kram, sakit perut, hingga diare. Gejala ini biasanya muncul beberapa jam setelah makan daging merah.
Untuk membantu mengenali pola intoleransi, kamu bisa mencoba membuat food diary. Catat makanan yang dikonsumsi dan gejala yang muncul setelahnya. Cara paling efektif untuk mencegah gejala tentu saja dengan menghindari daging merah. Namun, obat bebas seperti antasida kadang bisa membantu meredakan ketidaknyamanan yang timbul.
Alergi
Pada sebagian orang, diare setelah makan daging merah berkaitan dengan alergi yang disebut sindrom alpha-gal. Kondisi ini dapat muncul setelah gigitan jenis tertentu dari kutu, yang mentransfer zat gula bernama alpha-gal ke dalam tubuh. Akibatnya, sistem imun kemudian bereaksi berlebihan setiap kali mengonsumsi daging seperti sapi, kambing, atau babi.
Alergi daging ini bisa menimbulkan diare setiap kali makan, bahkan dalam jumlah sedikit. Meski jarang terjadi, alergi jenis ini bisa berkembang pada usia berapa pun. Gejalanya pun berbeda pada tiap orang, mulai dari muntah, gangguan pencernaan, sakit perut, sesak napas, batuk, rasa tercekik di tenggorokan, hingga gatal-gatal di kulit. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi anafilaksis, sebuah reaksi serius yang mengancam nyawa karena menyebabkan kesulitan bernapas dan syok.
Jika kamu curiga mengalami alergi daging merah, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis alergi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter bisa memastikan diagnosis sekaligus menjelaskan pilihan penanganannya.
Yang paling penting, segera cari bantuan medis darurat bila setelah makan daging merah muncul ruam kulit, bengkak, mual, muntah, atau sesak napas. Gejala ini bisa menjadi tanda anafilaksis yang berbahaya dan membutuhkan penanganan segera.
Keracunan
Kalau diare disertai muntah dan kram perut, penyebab yang paling sering adalah keracunan makanan. Keracunan akibat daging merah biasanya muncul dalam waktu 2–6 jam setelah makanan dikonsumsi. Hal ini terjadi karena daging terkontaminasi organisme berbahaya, seperti bakteri, parasit, virus, atau bahkan racun yang diproduksi mikroba.
Cara terbaik untuk mempercepat pemulihan adalah dengan banyak istirahat, minum cukup cairan, dan makan makanan ringan yang mudah dicerna, misalnya biskuit tawar atau roti panggang, setelah perut mulai terasa lebih nyaman.
Umumnya, gejala keracunan makanan akan mereda dalam beberapa hari. Namun, penting untuk segera mencari pertolongan medis bila mengalami tanda-tanda berikut:
- Diare berlangsung lebih dari tiga hari.
- Tinja bercampur darah.
- Demam tinggi (suhu tubuh mencapai atau melebihi 39,4 Celcius).
- Perubahan perilaku atau kebingungan.
- Gejala dehidrasi, seperti sangat haus, jarang buang air kecil, badan lemas, pusing, atau terasa melayang.
Masalah pada Kantong Empedu atau Pankreas
Dalam kasus yang lebih jarang, diare setelah makan daging merah bisa jadi berkaitan dengan masalah pada kantong empedu atau pankreas. Kedua organ ini berperan penting membantu tubuh mencerna makanan berlemak, termasuk daging sapi. Jika fungsinya terganggu, makanan berlemak tidak bisa diurai dengan baik, sehingga memicu tinja yang lebih cair.
Segera temui dokter jika masalah pencernaan setelah makan daging disertai gejala lain, seperti:
- Hilang nafsu makan.
- Nyeri perut.
- Tinja berminyak.
- Penurunan berat badan.
- Kulit dan mata menguning (jaundice).
- Urine berwarna gelap atau tinja menjadi sangat pucat.
Gejala-gejala ini bisa menandakan adanya gangguan serius pada sistem pencernaan yang membutuhkan evaluasi medis lebih lanjut.
Daging merah bisa memicu diare karena beberapa alasan, seperti alergi, intoleransi, keracunan makanan, atau tubuh kesulitan mencerna lemak. Jika diare setelah makan daging merah terus berulang, mencatat pola makan dan menghindari daging merah bisa membantu. Namun, jika penyebabnya tidak jelas, sebaiknya segera buat janji temu dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.