Dampak Stres pada Kesehatan Kulit
Apakah Anda pernah mengalami munculnya jerawat ketika sedang merasa stres? Hal ini terjadi karena stres memicu tubuh untuk menghasilkan hormon seperti kortisol. Hormon ini memberi sinyal kepada kelenjar kulit untuk memproduksi lebih banyak minyak. Kulit yang berminyak lebih rentan terhadap jerawat dan masalah kulit lainnya, seperti pori-pori tersumbat hingga peradangan.
Berbagai Gangguan Kulit Akibat Stres
Stres dapat memicu reaksi kimia di dalam tubuh yang membuat kulit lebih sensitif dan reaktif. Kondisi ini juga dapat memperlambat proses penyembuhan dan memperburuk sejumlah masalah kulit. Misalnya, stres bisa memperparah psoriasis, rosacea, dan eksim. Psoriasis menyebabkan bercak bersisik dan ruam, sedangkan rosacea menimbulkan kemerahan dan pembuluh darah yang lebih terlihat. Selain itu, stres dapat menimbulkan biduran, jenis ruam kulit lainnya, serta memicu munculnya luka lepuh akibat demam, hingga membuat kulit merah, gatal, dan meradang.
Tidak jarang, stres juga mengganggu rutinitas perawatan kulit harian. Saat seseorang diliputi stres, bagian ini sering diabaikan sehingga memperparah kondisi kulit. Selain itu, stres kronis juga mempercepat penuaan. Produksi kolagen yang menurun menyebabkan garis halus, kerutan, dan bintik penuaan. Rambut rontok berlebihan pun kerap terjadi, yang bila dibiarkan bisa mengurangi kepadatan rambut secara permanen.
Ahli bedah plastik dan Direktur Medis DHI India, Viral Desai, menyatakan bahwa stres dan kecemasan sangat mengganggu pikiran Anda sehingga dapat menimbulkan kekacauan dalam tubuh, menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang bisa membuat frustrasi sekaligus memalukan. Berbagai masalah, mulai dari jerawat, eksim, hiperpigmentasi, hingga rambut rontok dan sensitivitas kulit, dampak stres pada kulit Anda bisa sangat signifikan.
Dokter kulit Indian Cancer Society Satish Bhatia menambahkan bahwa kecemasan akibat beban kerja atau tenggat waktu berkaitan erat dengan sistem endokrin. “Kecemasan adalah bentuk stres yang memengaruhi sistem endokrin yang menyebabkan perubahan hormonal seperti kortisol, epinefrin, dan adrenalin, respons memicu berbagai perubahan fisik yang berkaitan dengan kecemasan,” kata Bhatia.
Di sisi lain, masalah kulit sendiri bisa menimbulkan stres tambahan. Sebagian orang merasa tidak percaya diri dengan penampilan mereka hingga memilih menarik diri dari lingkungan sosial, yang justru menambah tekanan psikologis.
Pola Hidup untuk Mengurangi Dampak Stres
Mengelola stres menjadi kunci untuk menjaga kesehatan kulit. Dr. Desai menyarankan meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam. Tidur cukup 7–8 jam setiap malam juga penting untuk mengatur hormon stres. Selain itu, perawatan kulit sebaiknya menggunakan produk lembut, bebas pewangi, bebas pengawet, dan hipoalergenik. “Selain berkonsultasi dengan dokter kulit, intervensi psikologis dapat menjadi krusial terutama bagi pasien muda yang mengalami masalah kulit,” kata dokter Bhatia.
Beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres dan menjaga kesehatan kulit antara lain:
-
Jaga Pola Hidup Sehat
Cara sederhana seperti minum cukup air, menjaga pola makan bergizi, rutin berolahraga, tidur di ruangan gelap, menghindari layar terang setidaknya sejam sebelum tidur, serta bangun di waktu yang sama setiap hari, bisa membantu menjaga keseimbangan tubuh dan kulit. -
Manfaatkan Teknik Relaksasi
Latihan pernapasan lambat, meditasi, hingga yoga dapat membantu menurunkan kecemasan sekaligus meredakan stres. -
Waspadai Kebiasaan Saat Gugup
Kebiasaan menyentuh wajah ketika tegang bisa memicu masalah kulit. Kesadaran akan hal ini penting untuk mencegah iritasi atau jerawat. -
Interaksi Sosial
Menjaga hubungan dengan keluarga dan teman juga menjadi kunci. Membuat rencana sederhana bersama orang terdekat bisa membantu meredakan beban pikiran. -
Rawat Kulit Secara Rutin
Selain menjaga tubuh, perawatan kulit tetap perlu dilakukan. Gunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan, gunakan pelembap terutama saat musim dingin, dan tetap konsultasi dengan dokter kulit secara berkala.