Kuartal Terakhir Tahun 2025, Bank Berusaha Mengejar Pertumbuhan Kredit
Memasuki kuartal terakhir tahun 2025, bank-bank di Indonesia mulai mempercepat langkah mereka dalam mengejar pertumbuhan kredit. Hal ini dilakukan mengingat kinerja perbankan sepanjang tahun ini masih tergolong lesu. Kuartal keempat menjadi momen penting bagi bank untuk memoles laporan keuangan agar tampil positif pada akhir tahun.
Pertumbuhan kredit hingga Agustus 2025 mencapai 7,56% secara tahunan (YoY). Jika angka ini tidak mengalami perubahan signifikan, maka tahun ini akan menjadi periode pertumbuhan kredit yang tertunda sejak masa pasca-pandemi COVID-19, tepatnya sejak 2022. Meski demikian, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung, tetap optimistis dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang berada di kisaran 8% hingga 11%.
Juda menjelaskan bahwa biasanya bank-bank cenderung meningkatkan aktivitas penyaluran kredit pada kuartal keempat. Ia menilai beberapa faktor bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan tersebut. Salah satunya adalah tren penurunan suku bunga acuan yang seharusnya mendorong bank untuk menyesuaikan suku bunga dana dan kredit. Dengan adanya penurunan suku bunga, sektor properti yang sensitif terhadap tingkat bunga bisa bangkit.
Kredit properti pada Agustus 2025 tercatat tumbuh sebesar 4,6% YoY, mencapai Rp 1.458,1 triliun. Meskipun pertumbuhan masih rendah, terdapat indikasi perbaikan karena bulan sebelumnya hanya tumbuh 4,3% YoY. Selain itu, sektor manufaktur, jasa dunia usaha, dan pertambangan masih menjadi penggerak utama pertumbuhan kredit.
Fokus pada Intermediasi dan Stabilitas Perbankan
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa bank harus tetap fokus pada fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi. Ia menekankan pentingnya menjaga profesionalisme, kepercayaan masyarakat, serta stabilitas perbankan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, bank juga diminta untuk mengedepankan aspek prudensial dan melakukan pengawasan ketat guna mencegah penurunan kualitas kredit di masa depan. Oleh karena itu, ia meminta bank rutin melakukan stress test dan asesmen terhadap modalnya. Upaya ini bertujuan untuk menyerap potensi penurunan kualitas aset akibat perubahan kondisi makroekonomi.
Potensi Pertumbuhan di Sektor Properti
Corporate Secretary BTN, Ramon Armando, melihat adanya potensi pertumbuhan dua digit bagi bank yang fokus pada kredit properti. Meski pertumbuhan kredit BTN hingga Agustus 2025 baru mencapai 5,66% YoY, pihaknya yakin ada ruang untuk akselerasi.
Ramon menyebutkan bahwa BTN akan memaksimalkan tambahan kuota KPR subsidi dari pemerintah serta memperkuat pembiayaan ekosistem perumahan. Strategi ini akan dijalankan melalui percepatan penyaluran KPR subsidi, pengembangan KPR non-subsidi, serta akselerasi kredit komersial untuk pembiayaan konstruksi perumahan dan kredit korporasi.
Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri
Di kalangan bank besar, Bank Mandiri menjadi salah satu yang berhasil meningkatkan penyaluran kredit hingga dua digit. Pertumbuhan kredit Bank Mandiri hingga Agustus 2025 mencapai 10,74% YoY. Direktur Keuangan Bank Mandiri, Novita W. Anggraini, menegaskan bahwa pertumbuhan kredit ini melebihi rata-rata industri.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan kredit tersebut diimbangi dengan penerapan manajemen risiko yang prudent. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang tetap terjaga di level 1,08%. Beban CKPN yang dibentuk oleh Bank Mandiri hingga Agustus 2025 juga dapat dijaga terkendali, turun 25,6% YoY mencapai Rp 4,5 triliun. Cost of credit tetap terjaga di bawah 1%.
Novita menekankan bahwa Bank Mandiri tetap disiplin dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi kredit berkualitas dan pengelolaan likuiditas yang hati-hati. Tujuannya adalah agar pertumbuhan laba Bank Mandiri tetap sehat, berkelanjutan, dan optimal.